Elfatica.com – Sahabat Elfatica, dalam kehidupan ini adalah wajib bagi kita sebagai unat Islam untuk beramal shalih sebagai salah satu bekal kita dalam menghadapi kehidupan di masa depan, yaitu kehidupan akhirat. Jika bekal amal kita lebih banyak dibandingkan dengan dosa maka insya Allah kita akan diberikat tempat yang baik yakni Surga, dan juga sebaliknya. Namun apakah semua amal baik yang kita lakukan akan mendapatkan balasan pahala sebagaimana yang kita kira? Berikut ini adalah pembahasannya, sebagaimana yang disadur dari tulisan Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, ST, MSc.
Mendahulukan Ilmu Sebelum Beramal
Dalam melakukan perbuatan baik atau amal shalih, setiap muslim diwajibkan untuk mengetahui ilmu yang mencakup perbuatan tersebut, karena banyak orang yang tergelincir dalam masalah ini. Hal ini seperti yang dikatakan oleh ulama-ulama terdahulu sebagai berikut:
1. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Orang yang beramal tanpa ilmu bagaikan orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun akan mendapat kesulitan dan sulit untuk selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”
2. Guru dari Ibnul Qayyim yaitu Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata, “Siapa yang terpisah dari penuntun jalannya, maka tentu ia telah tersesat. Tidak ada penuntun yang terbaik bagi kita selain dengan mengikuti ajaran Rasul – shallalahu ‘alaihi wa sallam-.”
3. Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Orang yang beramal tanpa ilmu seperti orang yang berjalan bukan pada jalan yang sebenarnya. Orang yang beramal tanpa ilmu hanya membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan kebaikan. Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh, namun jangan sampai meninggalkan ibadah. Gemarlah pula beribadah, namun jangan sampai meninggalkan ilmu. Karena ada segolongan orang yang rajin beribadah, namun meninggalkan belajar.” (Miftah Daris Sa’adah, 1:299-300).
4. Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: “Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari oleh ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.” (Majmu Fatawa, 2:282).
Dari perkataan-perkataan ulama yang masyhur pada jaman dahulu tersebut jelas dikatakan bahwa sebelum beramal maka hendaknya kita menuntut ilmu dan mempelajari ilmunya terlebih dahulu agar tidak tersesat. Hal ini karena jika tersesat maka bukanlah kebajikan yang akan didapat melainkan akan menumbuhkan kerusakan.
Jika merujuk dari amalan yang bisa diterima oleh Allah SWT, maka akan didapatkan bahwa amalan tersebut hanya dari orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Dan sifat takwa ini hanya bisa diraih dengan jalan mempelajari agama. Dalam hal ini Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang0orang yang bertakwa.” (QS. Al Maidah: 27).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Tafsiran yang paling bagus mengenai ayat ini adalah bahwasannya amalan yang diterima hanyalah dari orang yang bertakwa. Yang disebut bertakwa adalah bila beramal karena mengharap wajah Allah dan sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentu saja ini hanya didasari dengan ilmu.” (Miftah Daris Sa’adah, 1:299).
Imam Bukhari yang merupakan salah satu ulama hadits terkemuka membuat bab dalam kitab shahihnya “Al Ilmu Qoblal Qouli Wal Amali (Ilmu Sebelum Berkata dan Berbuat).” Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah SWT: “Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad:19).
Sufyan bin ‘uyainah rahimahullah berdalil dengan surat Muhammad ayat 19 untuk menunjukkan keutamaan ilmu. Hal ini sebagaimana dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Al Hilyah ketika menjelaskan biografi Sufyan dari jalur Ar Robi’ bin Nafi’, bahwa Sufyan membaca ayat (yang artinya), “Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu,” lalu beliau mengatakan, “Tidakkah engkau mendengar bahwa Allah memulai ayat ini dengan mengatakan ‘ilmuilah’, kemudian Allah memerintahkan untuk beramal?”
Ibnu Munir rahimahullah menjelaskan maksud Imam Bukhari diatas, “Yang dimaksudkan oleh Imam Bukhari bahwa ilmu adalah syarat benarnya suatu perkataan dan perbuatan. Suatu perkataan dan perbuatan itu tidak teranggap kecuali dengan ilmu terlebih dahulu. Oleh karena itu, ilmu haru didahulukan dari ucapan dan perbuatan. Ingatlah bahwa ilmu itu pelurus niat dan yang akan memperbaiki amalan.” (majmu Fatawa, 28: 160).
Mu’adz bin Jabal berkata,”Ilmu adalah pemimpin amal dan amal dibelakangnya ilmu..” (majmu Fatawa 28:136).
Ibnu Taimiyah berkata, “Niat dana amalan jika tidak didasari dengan ilmu, maka yang ada hanyalah kebodohan dan kesesatan, serta memperturut hawa nafsu. Itulah bedanya antara orang jahiliyah dan seseorang muslim.”
Mengapa Kita Mesti Belajar Sebelum Beramal?
Kita memang harus belajar dan menuntut ilmu sebelum beramal shalih, karena hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik).
Nah dari hadits di atas sudah jelas dikatakan bahwa adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu. Maka dari itu mari kita terus belajar dan tidak mudah menyerah dalam menuntut ilmu.