Elfatica.com – Para Sahabat Elfatica, pada bagian kedua dari seri amalan yang mengantarkan kita untuk masuk ke dalam Surga Allah SWT adalah konsisten dalam beriman dan bertakwa kepada Allah. Nah sebelum menyebutkan dalil-dalil yang memuat poin ini, kita akan kupas dulu apakah arti dari beriman dan bertakwa.
Beriman kepada Allah SWT artinya adalah yakin dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah adalah Rabb dan pemilik semesta alam dan segala sesuatu, Dialah satu-satunya pencipta, pengatur segala sesuatu, dan Dialah satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Semua sesembahan selain Dia adalah sesembahan yang batil, dan beribadah kepada selain-Nya adalah kebatilan. Iman kepada Allah ini merupakan asas dan pokok dari keimanan. Allah berfirman:
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Hajj: 62).
beriman dan bertakwa kepada Allah
Dialah Allah yang disifati dengan sifat yang sempurna dan mulia, tersucikan dari segala kekurangan dan cacat. Keimanan kepada Allah ini merupakan perwujudan tauhid yang tiga, yatu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhdi asma’ wa shifat. Keimanan kepada Allah mengandung tiga macam tauhid ini, karena makna iman kepada Allah adalah keyakinan yang pasti tentang keesaan Allah Ta’ala dalam rububiyah, uluhiyah, dan seluruh nama dan sifat-Nya. (Al Irysaad ilaa shahiihil I’tiqaad, Syaikh Sholeh al Fauzan).
Iman kepada Allah mencakup empat perkara :
Keimanan yang benar harus mencakup empat hal di atas. Barangsiapa yang tidak beriman kepada salah satu saja maka dia bukan seorang mukmin. (Syarh al ‘Aqidah al Washitiyah, Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin).
Seseorang dianggap bertakwa apabila seseorang yang taat kepada Allah Azz Wa Jalla atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan takwa kepada Allah jika dia belum menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah seperti yang dicontohkan Nabi shalallahu alaiahi wasallam.
Secara etimologi takwa berasal dari kata waqa – yaqi – wiqayah yang artinya menjaga diri, menghindari dan menjauhi. Sedangkan pengertian takwa secara terminologi, takwa adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa, mengutip percikaniman.org.
Takwa terulang dalam Alquran sebanyak 259 kali dengan makna yang cukup beragam, di antaranya: memelihara, menghindari, menjauhi, menutupi, dan menyembunyikan.
Ibnu Qayyim berkata, “Hakikat takwa adalah menaati Allah atas dasar iman dan ihtisab, baik terhadap perkara yang diperintahkan atau pun perkara yang dilarang. Oleh karena itu, seseorang melakukan perintah itu karena imannya, yang diperintahkan-Nya disertai dengan pembenaran terhadap janji-jani-Nya. Dengan imannya itu pula, ia meninggalkan yang dilarang Allah dan takut terhadap ancaman-Nya.”
Takwa dalam Alquran memiliki tiga makna yaitu:
2. Bermakna taat dan beribadah, sebagaimana kalamnya yang berarti, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah denan sebenar-benar takwa.” (Ali-Imran: 102). Ibnu Abbas berkata, “Taatlah kepada Allah dengan sebenar-benar ketaatan.” Mujahid berkata “Takwa kepada Allah artinya, Allah harus ditaati dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.”
3. Dengan makna pembersihan hati dari noda dan dosa. Maka inilah hakikat dari makna takwa, selain pertama dan kedua. Sbagaimana termaktub dalam irman-Nya; “Dan barangsapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah dan bertakwa, maka itulah orang-orang yang beruntung.” (An-Nur: 52).
Berikut ini adalah dalil-dalil yang menyuruh kita sebagai umat Islam untuk beriman dan bertakwa, serta konsisten dalam mengerjakan ketaatan dan menjauhi segala larangannya:
Demikianlah sahabat Elfatica, pada bagian kedua dari amalan yang akan mengantarkan kita untuk masuk ke dalam Surga adalah beriman dan konsisten dalam melaksanakan ketaatan serta konsisten dalam menjauhi kemaksiatan. Semoga kita dapat melaksanakan poin kedua ini dengan konsisten dan dapat meraih Surga-Nya kelak, Aamiin.
sumber:
– almanhaj.or.id
– rumaysho.com
– islampos.com
– 62 Amalan Pembuka Pintu Surga: Abdullah bin Ali al-Ju’aitsin