Kisah Walikota Sa’id bin Amir Yang Shalih

Elfatica.com – Kembali dengan kisah hkmah berikut ini mengenai walikota yang shalih, yang sangat bagus untuk disimak dan dijadikan pelajaran oleh kita.

Pada zaman sahabat Umar bin Khattab menjadi khalifah, beliau mengangkat Sa’id bin Amir menjadi walikota Homs, yang mana sekarang merupakan salah satu daerah di Syiria. Sebagaimana mestinya, khalifah Umar pada suatu hari berkunjung ke kota Homs untuk melihat kondisi kota dan rakyat dan pemerintahan di kota Homs.

kisah said bin amir
kisah said bin amir. image: blogspot

Setelah sampai di kota Homs, khalifah Umar pun segera mengumpulkan penduduk kota dan menanyakan kepada mereka bagaimana pendapat mereka tentang walikota mereka.

Maka salah satu dari penduduk kota Homs mengatakan, “Pemerintahan yang dipimpin oleh Sa’id bin Amir tidak ada masalah kecuali 4 hal, yaitu pertama, Ia baru keluar saat matahari tinggi. Kedua, Ia juga tidak mau melayani seseorang di malam hari. Ketiga, di setiap bulannya ada dua hari dimana ia tidak keluar untuk menemui penduduk yang mempunyai kepentingan dengannya. Dan satu lagi yang terakhir sebenarnya bukan kesalahan atasnya tapi cukup mengganggu, sewaktu-waktu ia bisa jatuh pingsan.”

Mendengar keluhan mereka, Khalifah Umar kemudian menanyakannya pada Sa’id. Sa’id pun menjawab, “Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tidak mau keluar sebelum matahari tinggi, demi Allah, sebenarnya saya tidak memiliki pembantu. Sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya mengeras, lalu saya membuat roti dan kemudian wudhu untuk shalat dhuha. Setelah itu barulah saya keluar menemui mereka. . .”

Raut wajah Umar berseri-seri dan berkata, “Alhamdulillah, dan mengenai yang kedua?”

Said pun melanjutkan pembelaannya, “Adapun tuduhan bahwa saya tak mau melayani mereka diwaktu malam, maka demi Allah, saya benci mengatakannya. Saya telah menyediakan siang hari bagi mereka dan malam hari bagi Allah.

Dan untuk ucapan mereka yang mana dua hari dalam setiap bulan saya tidak bisa menemui mereka, sebabnya adalah saya tidak punya banyak pakaian untuk dipakai bergantian. Jadi terpaksalah saya harus mencuci dan menunggunya sampai kering, hingga baru bisa keluar di waktu petang.

“Lalu untuk keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan, itu sebabnya ketika dulu sebelum saya masuk Islam saya menyaksikan tersungkurnya Khubaib al-Anshari. Hingga dagingnya di potong-potong oleh orang Quraisy karena ketika ia ditangkap ia berkata, ‘Demi Allah saya tidak ingin berada dalam lingkungan anak, istri, saudara, dengan kesenangan dunia lainnya. Sementara Nabi ditimpa bencana, walau hanya satu tusukan duri sekali pun!’

“Tubuh saya gemetar karena takut siksa Allah ketika mengenang peristiwa itu.” Kata-katanya terhenti sampai disitu dan bibirnya basah oleh air mata yang mengalir dari keshalehan jiwanya.

Khalifah Umar pun tak mampu membendung harunya , maka berserulah ia, “Alhamdulillah, karena taufik-nya, firasatku tak ada yang meleset!”

Maka Allah berfirman dalam salah satu hadits qudsi, “Hai anak adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan.” (Hr Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sumber: Oase Kehidupan, Merujuk Kisah-Kisah Hikmah Sebagai Teladan/Penerbit:Marja/Penulis:Abu Dzikra – Sodik Hasanuddin,2013.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!